Patakaeja.id – Langit Gowa siang itu tampak diselimuti kabut tipis ketika sekelompok pemuda berbalut semangat merah putih mulai berkumpul di tepi jalan utama. Mereka adalah para kader Himpunan Pelajar Mahasiswa (HIPMA) Gowa Koordinatorat Tombolo Pao yang menggelar aksi unjuk rasa untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda, Senin 28/10/2025.
Sorak yel-yel menggema di udara, bukan dalam amarah, tetapi dalam semangat reflektif. Andi Idul Saputra, Jenderal Lapangan dalam aksi tersebut. Dengan nada tegas ia menyerukan, “Kami pemuda, bukan sekadar pewaris sejarah, tetapi penggerak masa depan!” Ucapan itu disambut riuh peserta aksi yang menggema di sekitar kawasan.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda bagi mereka bukan sekadar seremoni tahunan atau pengulangan kisah heroik masa lalu. Bagi HIPMA Gowa Tombolo Pao, hari ini adalah panggilan untuk bertanya: sudah sejauh mana semangat 1928 itu diterjemahkan dalam realitas kehidupan masyarakat sekarang?
Dalam orasinya, para peserta aksi menegaskan bahwa semangat Sumpah Pemuda harus menjadi energi untuk mengawal arah pembangunan bangsa. Mereka menyoroti sejumlah isu penting yang masih membelit masyarakat, mulai dari ketimpangan pembangunan antara kota dan desa hingga lemahnya akuntabilitas pemerintah dalam mengelola program publik. “Pemuda tidak boleh diam ketika rakyat masih menjerit karena kebijakan yang tidak berpihak,” seru salah satu orator.
Aksi yang mereka gelar berlangsung damai dan penuh nuansa edukatif. Bagi HIPMA Gowa, memperingati Hari Sumpah Pemuda berarti menghidupkan kembali nilai persatuan dan keberanian. “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia” bukan sekadar slogan yang dihafal, melainkan komitmen moral untuk menjaga integritas bangsa melalui kerja nyata.
Dalam pernyataan sikapnya, mereka menegaskan perlunya pemerintahan yang bersih, responsif, dan berpihak kepada rakyat. Bagi mereka, itulah makna sejati dari perjuangan pemuda masa kini.
Di tengah gegap gempita aksi, para peserta tak hanya membawa tuntutan, tetapi juga harapan. Harapan bahwa suara mereka akan menggema hingga ke telinga para pengambil kebijakan. Harapan bahwa pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, mendengar jeritan rakyat kecil yang sering kali tenggelam dibalik hiruk pikuk politik.
Aksi HIPMA Gowa Koordinatorat Tombolo Pao hari itu mungkin sederhana, namun pesan yang mereka bawa bergema jauh melampaui batas wilayah. Bahwa di tengah kegelapan zaman, selalu ada lentera kecil bernama pemuda yang bernaung di HIPMA Gowa Koordinatorat Tombolo Pao yang terus menyala, menjadi alarm bagi bangsa ini untuk tidak lupa akan cita-cita kemerdekaan.




